Antara Remaja, Ngeyel, dan... Pacaran.

Wednesday 29 October 2014

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum! Kembali lagi bersama gue dalam.. eh.. membaca rangkaian huruf di layar.

Sebagai remaja, kita belajar sebuah aspek penting dalam kehidupan yang mungkin, tidak kita kenal sebelumnya. Apa itu? Ngeyel! Alias nyari-nyari pembelaan atas sebuah tindakan. Kok yang nulis tau? Yaiyalah. Gue juga rajin ngeyel. Ketika pulang kemaleman, atau begadang depan komputer, atau nggak ngerjain tugas, dan tindakan lainnya yang kita tidak publikasikan, biasanya kita refleks mencari justifikasi.

Remaja itu masa pertengahan antara anak-anak dan dewasa. Kita mulai punya kehidupan sendiri. Remaja itu masa ketika lo pengen dihormati seperti orang dewasa, tapi disuapi orang tua seperti anak kecil.  Masa-masa labil. Saat remaja juga, biasanya kamu makin sering bentrok sama orang tua atau orang lain yang tidak setuju dengan hal atau kebiasaan baru yang kamu lakukan. Ya nggak? Dan bentrokan ini, antara keinginan kita sendiri dan apa yang seharusnya kita lakukan, memunculkan hasrat untuk ngeyel. Hasrat untuk membuat kita menjustifikasi tindakan kita sendiri, hanya dari sudut pandang kita. Terasakah?

Ngeyel pun menjadi pelarian kita. Mulai dari yang disuarakan ke ortu, ngomong ketemen-temen, sampai ngeyel yang cuma dibisikkin sama bantal yang tidak bersalah, dan tidak tahu apa-apa. Padahal, dalam lubuk hati kita yang paling dalam, kita juga tahu kalau yang kita lakukan itu salah. Mungkin nggak sepenuhnya salah, tapi tetap ada kesalahan yang patut kita intropeksi.

Bukan berarti, semua yang diajarkan kepada kita itu baik. Kita harus mampu kritis. Tapi, tanya lagi ke nurani lo, dan nurani orang-orang shaleh: Apakah saya salah?

Sekarang pacaran. Ini fenomena yang umum dikalangan muda-mudi dunia. Termasuk negara dengan populasi muslim terbesar, Indonesia. Pacaran itu asik bro. Ada kalanya, sampai ngerasa cintaaa banget sampai terbang dilangit. Dalam kondisi seperti ini, coba tebak reaksi kita ketika Islam tiba-tiba mengingatkan: Pacaran itu haram.

Surprised, shocked. Bingung. Kita nggak mau kehilangan. Jangankan yang udah punya pacar, yang belum punya pun merasa kehilangan. Kehilangan kesempatan. Huhuhu. Kita mencari justifikasi.

Alasan kita banyak, lebih dari 2014 alasan keluar semua. Penyemangat, motivasilah. Tempat curhatlah. Pemberi kebahagiaanlah. Mewarnai hiduplah. Membuat dunia lebih baiklah. Dan lainnya. Nggak mau berpisah. Nggak mau juga berpisah dengan kesempatan. Ini ngeyel.

Padahal dalam Qur'an tertera jelas: 'Walaa taqrabu zinaa'. Janganlah kamu mendekati zina. Apak
ah hubungan spesial antara dua orang, opposite gender (mutual gender NAUDZUBILLAH), yang berdasarkan nafsu karena saling suka, itu mendekati zina nggak? Kalau lo masih bilang nggak, wah, terlalu men. Atau Islam kejam? Iya. Islam kejam sama kedzaliman. Islam nggak mau kamu masa mudanya dihabiskan untuk hal nggak berguna. Islam nggak mau kamu MBA. Islam nggak mau kamu jadi manusia berakhlak binatang.

Ada lagi nih, seorang anak rohis. Dia bilang, 'Kang, saya mah nggak pacaran. Saya mah ta'aruf'.
You don't have to do this.
Terus dijawab, "Ta'aruf kayak gimana bro?"
"Yaa, gitu kang. Kenalan. Kita minggu sore jalan bareng ke mall. Shopping bareng. Terus nonton film bareng. Terus makan bareng. Terus pulang bareng."

Nah ini. Ngeyel tingkat dewa. Mau namanya, ta'aruf, atau ta'jil kalau tindakannya seperti itu, itu haram! Terserah namanya apa.

Disisi lain, ada anak yang bilang, "Kang, saya pacaran."
Dijawab, "Loh?! Kok kamu pacaran sih?"
"Yaa, gitu kang. Buat nyenengin orang tua, mereka ingin saya punya pacar. Padahal, ketemu sama ceweknya aja belum."

Kadang Einstein benar, apalah arti sebuah nama. Perintah dalam Al-Qur'an itu brosist, janganlah kamu mendekati zina. Bukan janganlah kamu melakukan pacaran. Udahlah, jangan terjebak istilah-istilah. Jujur aja sama diri lo sendiri.

Beroh, ngeyel yang dibiarkan, lama-lama jadi kebiasaan buruk. Kita aplikasikan kemana-mana. Apalagi, kalau kita ngomong sama 'teman' yang setuju dengan keburukan kita. Wuih, makin merasa suci aja kita. Dari ngeyel ini, muncullah paham-paham ganjil yang bersileweran sekarang. Misalnya, Jaringan Islam Liberal - JIL. Mereka kebanyakan ngeyel, bahwa semua agama itu sama dan kita bebas melakukan apapun asal tidak merugikan siapapun. Padahal itu cuma pembenaran biar mereka bisa kumpul kebo dan masih merasa suci. Naudzubillahi min dzaalik. Serem amat.

Wallahua'lam.

Related articles:

Rohis? Jangan eksklusif!

2 comments:

Nan said...

"Udah, Putusin Aja!" karya Felix Siauw. Langsung ingat buku ini.

Teman sekelasku, perempuan dan punya pacar, yang bawa ke sekolah. Aku iseng-iseng baca. Memang sasarannya buat pemuda dan pemudi, dan poin-poin yang disampaikan bagus; jelas dan tak terlalu terkesan menggurui. "Jangan dibaca, entar kamu putus" adalah 'himbauan' yang sekiranya bisa menggambarkan pengaruh buku ini.

Lalu teman yang lain, berkerudung DAN punya pacar, berkata padaku.
"Aku mah pacaran baik-baik kok sama si dia. Nggak macam-macam. Malah dia yang ngingetin aku biar bla.. bla.. bla..."

I'm not as offensive as you nor I used to be, so I let her be.

Tapi ya, ngeyel banget.

Akhyar Kamili said...

Ngeyel~ Wkwkwkwk. Coba suruh baca ini aja nan :)) BTW, punya bukunya? Aku belum baca euy.

Post a Comment

None

 

Hits

Stack Overflow

Blogroll

Blog Nanda
Days of Nan - http://nan2598.blogspot.com/

Writings of Niti
Niti No Kakikomi - http://samazamanakakikomi.blogspot