Kenapa remaja harus peduli sama Palestina?

Tuesday 30 September 2014

Let me present you, Gaza..
Bismillah. Nah, kita mulai tulisan ini dengan sebuah pertanyaan. Kenapa?

Dikalangan remaja, kadang aneh, kalau kita membicarakan hal-hal kayak isu Palestina. Udah jauh, kecil, nggak ngaruh juga sama kehidupan sehari-hari kita. Lebih seru tuh 'diskusi' tentang kakak kelas yang ganteng, adik kelas yang cakep, pacar baru sang playboy sekolah sampai berita duka bahwa gebetan udah punya pacar baru.  Ya nggak? =') Ah, come on.

Well, yeah.  Lebih seru sih. Palestina kecil, jauh sih. Dan mungkin nggak ada efeknya juga bagi kita,  mau mereka sekarang dibantai atau menyiapkan kurban buat minggu nanti. However, apakah semua itu membuat eksistensi mereka tidak penting?

Guys, pada tahun 2014 ini, ditengah 'damai'-nya dunia, masih ada negara yang terjajah. Gue rasa kalian tau, negara apa itu. Uzbekistan kan? Bukan! Negara itu bernama Palestina. Jangankan kita mau menyebut mereka negara terjajah, sebagai 'negara' pun masih banyak yang nggak mengakui.

Hari ini, 30 September. Genap satu bulan hancurnya Jalur Gaza akibat agresi tanpa ampun selama 51 hari, oleh sebuah 'negara' yang bernama Israel. Dimana satu bulan lalu, jatuh lebih dari 2100 jiwa, yang 530 diantaranya adalah adik-adik kita, anak-anak kecil. Yang melukai lebih dari 11.100 orang, dimana 2.114 diantarnya adalah saudari-saudari kita. Angkanya nggak banyak, sepertinya. Tapi ini jiwa manusia, bukan kodok!

Coba bandingkan jumlah korban dengan populasi Gaza, 1.8 juta orang. Jika bencana ini kita bawa ke Indonesia, yang penduduknya 256 juta orang, maka berapa korban terbunuh? 298.000 orang! Banyak!! Dan lebih dari 1.5 juta orang akan terluka parah. 500 ribu orang mengungsi, dan mereka kesulitan mendapat air bersih.

Nah brosist, mungkin di titik ini lo bakal mikir: Perang ini udah selesai sebulan yang lalu. Terus masalahnya apa?  Masalahnya... Aduh, don't even get me started. Dengan berhentinya invasi, apakah dua ribu orang yang mati bakal hidup lagi? Keluarga mereka bakal dinafkahi lagi? Dan jreng, begitu perang selesai, 11 ribu orang yang tidur di koridor rumah sakit saking penuhnya, bakal langsung sembuh, mungkin? Tangannya tumbuh lagi? Kakinya tersambung lagi? Terus, ketika kaki mereka tersambung lagi, mereka akan pulang ke 35 ribu rumah hancur yang terbangun lagi? Dunia macam apa ini? Dunia fantasi? - Nggak ada maksud ke Dufan - Fantasi aja nggak gini-gini banget.

Sedih banget men. Tapi sedih doang nggak bakal mewujudkan apapun. Dan nggak bisa kita mengganti kerugian dengan kesedihan.

Kemudian, dengan perihnya, kita melihat para pemimpin negara ini membisu. Kecil sekali, apa yang mereka berikan. Kita menyaksikan, bagaimana pemerintah negara dengan umat muslim terbesar di dunia menyumbangkan 1 juta dolar AS kepada Palestina, diiringi dengan doa mereka akan membangun kembali kerugian 3.6 miliar dolar AS. Jengkel. Pahit. Jengkol.

Getir nggak sih? Getir. Dan kita nggak berdaya melihat apa yang terjadi.

Tapi ini semua, bisa dirubah. Gimana?

Satu cara kecil. Dengan peduli. Dengan berbagi. Dengan berbagi kepedulian.

Cepat atau lambat, generasi akan berganti, seiring berjalannya waktu. Generasi setengah-busuk yang berdiri di atas sana akan menua dan hilang. Penerusnya siapa? Kita! Siapa lagi? Kita akan jadi penerus dan pemimpin bangsa, sebentar lagi. Dan ketika kita menjadi pemimpin, kita akan pastikan Indonesia untuk membayar hutangnya yang paling pertama: Hutang pengakuan kemerdekaan kita oleh Bangsa Palestina, Agustus 1945. Dengan apa? Dengan kebebasan.

Diantara yang membaca ini, mungkin ada yang berjiwa sedikit lebih tua yang berpikir; Emangnya segampang itu? Yeah? Nggaklah. Nggak mungkin segampang itu. Tapi susah bukan berarti mustahil. Dan kecil bukanlah tak berarti. Oke, teens?

Hal besar, selalu diawali dari hal kecil. Diatas, itu adalah alasan untuk peduli. Tapi kenapa gue harus peduli?

Pertama, peduli adalah kewajiban. Apalagi, sebagai seorang muslim. Allah telah menyampaikan ke telinga kita kabar ini, dan Allah juga telah memberikan kita kemampuan untuk membantu artinya apa? Yak, peduli dan membantu itu wajib. Eits, jangan ciut dulu. Kenapa coba kata 'wajib' identik dengan 'susah', 'kepaksa'. Duh. Ini 2014 woy! Usum kepaksa? Kecuali di Gaza.. Nggak deh. Dan yeah, Bahkan kalau kamu non-muslim, Gaza adalah motivasimu juga, karena minimal, kalian sama-sama manusia. Kedua, dan jawaban untuk pertanyaan tadi: Apa yang terjadi di Gaza sana adalah refleksi, dan pengingat. Bahwa masih ada bangsa yang dalam keadaan seperti itu. Subhanallah. Loh kok Subhanallah? Iyalah! Sekuat itu, didalam sesaknya penjara Gaza, mereka mampu menghentikan laju tentara Israel yang dibekali persenjataan paling canggih di belahan dunia manapun. Ditengah hujan bom, mereka masih bersyukur karena yang jatuh bom, bukan potongan tubuh mereka. Dan kalau itu adalah potongan tubuh mereka, mereka bersyukur karena ujian mereka telah berakhir, dan mereka menyambut surga. Kontras banget sama kita, hujan aer aja protes.

Nah :)
Gaza adalah motivasi kita. Kita berterimakasih kepada mereka, karena telah menjadi teladan, di garis depan pertarungan Islam. Karena jika kita ingin benar-benar membantu, wajar aja kalau kita harus lebih baik dari mereka. Bukan berarti kita sekarang ngeles, mereka lebih baik jadi kita nggak usah bantu, ngaco itu. Sekecil apapun berarti, bukan?

Maka bergeraklah. Ajaklah teman-temanmu untuk peduli juga, teens. Apa yang kita lakukan ini, bukan hanya untuk mereka, tapi juga untuk kita sendiri. Dalam Islam, seiring dengan datangnya kewajiban, maka datang pula kesempatan. Wanna miss the golden chance? Mau kesempatan ini lewat? Kesempatan nambah sesuatu yang nanti akan jadi satu-satunya hal yang mengantar kita ke alam kubur.

Let's go!!

Organisations, new life.

Sunday 28 September 2014

Life changes, correct? Like, sebelumnya aku sering update blog ini, kemudian tidak~

Anyway, this is a note for me, not for you. If you aren't me, you may NOT read it. Agree to disagree?

Just kidding. Hahahaha.

Sepertinya impresi yang dimiliki banyak orang tentang kehidupan ada benarnya: The older you get, the more complicated it gets. Semakin tua dirimu, semakin rumit hidupmu.

Yah, 'rumit' konotasinya negatif. Mungkin nggak seperti itu juga. Tapi jelas, lebih banyak elemen, dan kehidupan jadi lebih warna-warni. Titik-titik masa kecil yang berwarna merah, kuning, hijau, berubah jadi goresan merah muda, merah darah, kuning langsat, kuningan, hijau toska, hijau rumput (naon?). Yang jelas, sejauh ini kurasa aku ada di jalan yang benar.

Great stuff I learned recently was my way to interact with others in organisations. Berkumpul dengan orang-orang yang se-pemikiran, yang punya semangat dan sama. Belajar memimpin, belajar dipimpin. Belajar kerjasama, dan lainnya. Aktif itu, seru!

Pelajar itu tugasnya, bukan sekedar belajar, mengambil ilmu. Tapi juga, berbagi. Sebagai pelajar, kita diberi akses yang mudah untuk ketemu dengan sesama pelajar (iyalah!), dengan guru-guru, dengan mahasiswa, dan dengan berbagai kalangan.

Jadi pelajar itu... enak. Kita bertemu setiap hari, dengan orang-orang yang kondisinya sama dengan kita. Sama-sama ngejar ujian. Sama-sama suka olahraga, tapi nggak suka guru olahraga. Sama-sama sibuk dengan kerjaan sekolah, sama-sama pelajar! Coba kalau kita keluar dari dunia akademis. Susah loh, untuk ketemu orang-orang dengan begitu banyak kesamaan. Tetangga kanan, terlalu tua. Tetangga kiri, isinya anak kecil semua. Tetangga depan rumah, sibuk kerja. Nahloh?

Kita bersyukur, jadi pelajar. Diberi kesempatan yang wuah, melimpah gini. Makanya, kita juga harus berbagi. Sebagai ekspresi rasa syukur, bukan?

Berbagi itu, banyak sih jalannya. Mulai dari berbagi sesama pelajar, dengan keluarga, saudara, dengan orang lain. Caranya juga banyak. Ngajar, diskusi, ngajak ngobrol orang lain, nulis, sharing, dan sebagainya.

Nah, balik lagi ke organisasi. Menurutku, organisasi adalah cara yang powerful untuk berbagi. Karena kita berkumpul dengan orang-orang yang memiliki similar interest, tujuan yang sama. Dua orang kadang puluhan kali lebih baik dari satu, bukan? Kita juga belajar banyak. Jujur, pengalaman organisasiku itu baru setetes air dari Danau Toba. Cuma di Taruna Karya RW 08, GK, SIRUP. Sedikit. Tapi mencicipi sedikit pun membuatku belajar banyak.

Solidaritas Remaja Untuk Palestina, itu nama gerakan yang kudirikan bersama teman-teman sepemikiran. Kami bergerak dikalangan pelajar, untuk mengedukasi mereka dan mengarahkan mereka untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina sana. Apalagi, setelah perang 51 hari kemarin yang menelan ribuan korban. Kami tidak ingin, sesama pelajar itu diam dan pasif. Berpikirlah! Bergeraklah! Jadilah seseorang yang berarti.

Organisasi itu, seru. Bagi kalian yang udah sering aktif di Rohis atau OSIS, pahamlah. Tapi semua ada batasannya.. Jangan sampai keasyikan terus lupa tugas kita sebagai pelajar, yaitu belajar!

Selamat belajar, selamat berbagi!
 

Hits

Stack Overflow

Blogroll

Blog Nanda
Days of Nan - http://nan2598.blogspot.com/

Writings of Niti
Niti No Kakikomi - http://samazamanakakikomi.blogspot