Kemarin, Muslim Student Association (MSA) di CMUQ menggelar diskusi yang.. dalem.
Kami berbicara soal dakwah. Soal hakikatnya, sifatnya, dan tantangan-tantangannya. Diantara berbagai pemikiran menarik yang muncul ke permukaan, satu pengingat terasa sangat menohok.
Di kampus yang sekuler ini... Kami yang lemah, rapuh, dan sebenarnya bukan apa-apa dianggap sebagai representasi dari Islam. Mereka yang shalat, mereka yang pake jilbab. Sejujurnya, ini adalah sebuah nikmat yang luar biasa. Ditengah hiruk-pikuk kehidupan kampus yang melalaikan, Allah masih sayang terhadap kami. Allah memberi kami ketenangan, memberi kami pemahaman bahwa ada hal-hal yang lebih penting daripada karir. Bahwa nilai bukan hanya "bukan segalanya", tapi "bukan apa-apa" di hadapan Allah yang Mahabesar. Kami bersyukur kami diberi kesempatan untuk menjadi agen dakwah, penerus para nabi.
Tapi ini juga sebuah ujian.
Kita yang diberikan kehormatan sebagai representasi Islam menanggung beban yang berat. Ketika kita melakukan kebaikan, maka pandangan orang mengenai Islam akan membaik. Tapi apa yang terjadi ketika kita, sebaliknya, bermaksiat atau melakukan sesuatu yang makruh? Mereka tidak akan bertanya dua kali kenapa kami melakukan maksiat. Manusia yang naif akan segara mengambil asumsi,
"Oh ternyata gak apa-apa ya. Toh, doi juga ngelakuin."
Pertanggungjawaban dunia dan akhirat macam apa yang kami hadapi?
Aku tidak tahu. Tapi kurasa, kami terikat pada standar moral yang lebih tinggi. Semoga Allah yang Mahaadil menjaga kami.
Doha, 13 Oktober 2017
Akhyar Kamili
No comments:
Post a Comment
None