Aku, yang besar di masjid radikal!

Tuesday, 14 November 2017


Oktober, 1997. Tangisan kecilku terdengar mereda dari dalam pelukan ibuku. Saat itu, beliau adalah mahasiswi tingkat dua di ITB, jurusan teknik sipil. Tentunya, mengurus seorang bayi sekaligus menimban ilmu dari institut yang katanya terbaik dan terkeras tidaklah mudah. Tapi ternyata, Allah memberi jalan. Ketika penjelasan dosen meminta perhatian, aku dititipkan oleh ibuku pada teman-temannya. Aku dititipkan di tempat yang sejuk, adem, luas, baby-friendly dan... radikal. Katanya sih.

Masjid Salman ITB.

Sekarang tahun 2001. Aku berusia empat tahun. Tempat wisata favoritku waktu itu hanya satu: Bonbin! Dan setelah bonbin, tempat ngadem, tempat makan yang paling enak ya kantin... radikal.

Masjid Salman ITB.

Tahun 2012, aku memasuki usia SMA. Sudah waktunya aku mencari jati diri, mengeksplorasi minat dan bakatku. Lalu, aku dikenalkan pada sebuah organisasi pengembangan minat remaja. Kreatif, itu namanya. Disana, aku belajar sains, fotografi, bahkan menulis. Disana juga tumbuh bibit-bibit ketertarikanku pada dunia organisasi dan dunia aktivisme. Aku berteman dengan orang-orang baik, dan belajar untuk menjadi orang yang bermanfaat. Semua ini terjadi di lapangan rumput masjid... radikal.

Masjid Salman ITB, lagi.

Tahun 2015, aku dan beberapa teman menggagas sebuah tempat bimbel murah. Mengajarnya voluntir. Kami membantu anak-anak SMA untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian seleksi perguruan tinggi negeri. Tapi, kami mahasiswa yang miskin ini tidak punya uang untuk sewa tempat! Jadilah segala planning, kegiatan belajar-mengajar, bahkan try-out dilakukan di lantai sejuk koridor timur masjid... radikal.

Dimana lagi kalau bukan di Masjid Salman ITB?

Maret, 2017. Aku berada jauh sekali dari Salman ITB. Dibawah teriknya matahari Doha, aku sedang sibuk memikirkan topik final paper-ku di kelas menulis akademik mahasiswa tingkat satu. Seperti kebanyakan profesor di Carnegie Mellon, profesor kelas ini ramah dan hangat, tapi cara menilainya killer. Akademisi Uruguay satu ini, standarnya tinggi minta ampun. Tema kelasnya pun sulit, soal bagimana lanskap urban bisa mempengaruhi isu-isu masyarakat seperti segregation, discrimination, sampai cultural identity. Akhirnya, aku memutuskan untuk menulis soal ruang publik. Fokusnya, religious public spaces. Case study-nya? Tentunya, sebuah tempat yang all-welcoming, hangat, penuh dengan kasih sayang dan semangat persatuan, dan... radikalisme?

Masjid Salman ITB, euy!

Satu bulan dan 17 halaman kemudian, aku membaca hasil penilaian profesorku. Disana tertulis: Very nice paper! Mark: A. Alhamdulillah.

Sekarang aku di tahun ke-20 bersama Masjid Salman ITB. Aku, yang besar di masjid ini, masih belum bisa menemukan jejak secuil nilai radikalisme yang dimaksud. Atau mungkin aku yang salah paham, jangan-jangan radikalisme yang dimaksud konotasinya positif. Mungkin yang empunya mulut hanya ingin bilang bahwa nilai-nilai yang baik dan mengakar telah menyebar ke lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Tanah Air. Terutama di ITB lewat Masjid Salman.

Atau, beliau tidak serius. Pak Kiyai kan memang senang bergurau?
Bandung, 25 Mei 2017.

Akhyar Kamili

Gambar: Fatharani Yasmin Shaffiyya Sani, 2015. "Kebahagiaan kecil."
#TehSalmanManis

Tunda.

Sunday, 15 October 2017

Akhi, tidak bisakah kita menunda perseteruan kekanak-kanakan ini? Mungkin akan lebih pantas memperdebatkann hal2 ini ketika Muslim di Turki sudah bebas menjalankan agamanya, di Indonesia dilindungi dari penindasan sistematik kapitalisme, di Mesir dibebaskan dari penyiksaan2 yang tidak mengizinkan mereka untuk bahkan shalat, di Amerika dilindungi dari godaan para liberal dan penistaan para konservatif, di Prancis dibolehkan memakai hijab dan menjadi muslim di ruang publik?

Kalau kita mengimani Allah dan Rasul yang sama, shalat lima waktu bersama, zakat dengan aturan yang sama, shaum ramadhan juga bersama-sama, haji pun ketempat yang sama, melihat kondisi masyarakat yang yang sama, memiliki azzam untuk merubahnya yang sama, kenapa harus saling mencela dengan klaim-klaim yang basisnya tidak jelas? Bukankah kita bangga mengikuti prinsip yang diajarkan Rasulullah SAW soal tabayyun?

Yah, mungkin kita belum berkenalan dengan cukup baik. Dan mungkin kami belum menunjukkan wajah yang baik dihadapan kalian, saudara seiman. Semoga Allah memaafkan kesalahan kami tentang kalian dan kalian tentang kami. Semoga Allah melindungi hati kita yang rapuh ini dari hasad dan kesombongan, dan mengizinkan rekonsiliasi suatu saat nanti.

الله يهديك

- yang sama-sama ingin memperbaiki dunia Islam agar kembali ke ajaran Allah dan rasul-Nya

Beban

Friday, 13 October 2017

Kemarin, Muslim Student Association (MSA) di CMUQ menggelar diskusi yang.. dalem.

Kami berbicara soal dakwah. Soal hakikatnya, sifatnya, dan tantangan-tantangannya. Diantara berbagai pemikiran menarik yang muncul ke permukaan, satu pengingat terasa sangat menohok.

Di kampus yang sekuler ini... Kami yang lemah, rapuh, dan sebenarnya bukan apa-apa dianggap sebagai representasi dari Islam. Mereka yang shalat, mereka yang pake jilbab. Sejujurnya, ini adalah sebuah nikmat yang luar biasa. Ditengah hiruk-pikuk kehidupan kampus yang melalaikan, Allah masih sayang terhadap kami. Allah memberi kami ketenangan, memberi kami pemahaman bahwa ada hal-hal yang lebih penting daripada karir. Bahwa nilai bukan hanya "bukan segalanya", tapi "bukan apa-apa" di hadapan Allah yang Mahabesar. Kami bersyukur kami diberi kesempatan untuk menjadi agen dakwah, penerus para nabi.

Tapi ini juga sebuah ujian.

Kita yang diberikan kehormatan sebagai representasi Islam menanggung beban yang berat. Ketika kita melakukan kebaikan, maka pandangan orang mengenai Islam akan membaik. Tapi apa yang terjadi ketika kita, sebaliknya, bermaksiat atau melakukan sesuatu yang makruh? Mereka tidak akan bertanya dua kali kenapa kami melakukan maksiat. Manusia yang naif akan segara mengambil asumsi,

"Oh ternyata gak apa-apa ya. Toh, doi juga ngelakuin."

 Pertanggungjawaban dunia dan akhirat macam apa yang kami hadapi?

 Aku tidak tahu. Tapi kurasa, kami terikat pada standar moral yang lebih tinggi. Semoga Allah yang Mahaadil menjaga kami.

Doha, 13 Oktober 2017

Akhyar Kamili

Kuliah di Qatar? Nih! [Bagian Kedua]

Wednesday, 6 September 2017

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Summer 2017 is.. over. Well, almost. How fast things have flown by! I was only five weeks in as Front Desk Assistant when I wrote the first part, and now I'm a Community Development Advisor. Now, one interesting part of this current job is that I get to welcome and guide new students who come to pursue their degree in Education City. I found that unlike me, most of these new students had someone who introduced them to EC, and made them go here. Normally there would be a brother, a sister, a high school alumni, a neighbor, all sorts of strange people that made them go here. And that's great! You want to know what's not so great? Me! This kicks me hard because.. well, surprise, I barely attempted to get people here. Maybe it's not time that flew fast, it's just that I wasn't paying enough attention.

Begitulah motivasi gue untuk menuliskan bagian kedua dari seri "Kuliah di Qatar? Nih!" yang gue mulai (dan tinggalkan) 7 bulan yang lalu. Dalam bagian pertama, gue mendeskripsikan kampus-kampus yang ada di Education City, dan pengalaman macam apa yang ditawarkan oleh Qatar sebagai tempat menuntut ilmu. Nah, bagian kedua ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana lo bisa daftar di program-program undergraduate (S1) dan menjadi bagian dari Education City. Selamat menyimak!

Seperti yang sudah gue ulas di bagian pertama, Education City memiliki 1 kampus natif Qatar, Hamad Bin Khalifa University, dan 8 kampus cabang universitas asing, yaitu:
  1. Carnegie Mellon University (S1)
  2. Texas A&M (S1, S2 Chemical Engineering)
  3. Virginia Commonwealth University (S1)
  4. Weill-Cornell Medical College (Kedokteran)
  5. Georgetown University, School of Foreign Services (S1)
  6. Northwestern University (S1)
  7. HEC Paris (S2)
  8. University College London (S2,  S3)
 Soal program apa saja yang tersedia di masing-masing universitas, silakan cek di bagian pertama, atau di website masing-masing universitas.

As you might have noticed, every university in EC which offers an undergraduate degree (S1) is based on the US. This means that all the requirements are in alignment with US standards. Which means I could save a lot of time typing this and just refer you here: https://www.studyusa.com/en/a/34/applying-for-admission-to-a-u-s-program

General Requirements

But well, I don't mind explaining it a little bit. In general, the following are required:

1. SAT/ACT

SAT and ACT are generally used in the US as a pre-university test. It analyzes your academic skill set: Reading, writing, and basic math. To be honest, when I attempted the test, I was surprised by how difficult SAT was. Maybe because it's designed for native English speakers, many of the vocabularies and skills tested are very foreign unless you have been using English to read and write from an early age. I heard ACT wasn't as harsh, and SAT got reformed in 2016, so maybe it's not as bad now.

Bear in mind that US universities place A LOT of importance on these tests. They generally don't care how good you are at your physics or advanced math, because they will re-teach you anyway.  It is critical that you show your ability to communicate and understand academic materials, which means, to read and to write.

Usually, universities require you to take either ACT or SAT and request the examination bodies to send them your test score. Both SAT and ACT are held all over the world, a few times a year. In Indonesia, it's available in 5 or 6 large cities. It should cost $100 - $150 for each test. You can find more details in their website.

2. TOEFL

This one is much more familiar, also much easier than SAT in my time. Not all US universities require this, but I know that for one, CMU does. You have to take the iBT/PBT tests (NOT ITP). In total, it should cost you around $200 from start to finish.

The minimum requirement for top-tier universities is 577 in PBT (90 in iBT). If you want stronger chances, you should aim for 600 at least (100 in iBT).


3. SAT/ACT Subjects/ A-Level
You will need an internationally recognized tests in high school subjects. Unless you are studying in a British curriculum, I recommend you take SAT/ACT subjects. They are not terrifyingly hard. In science tests, once you have a good comprehension of a concept, you should find this easier than SBMPTN or UM. Mind yourself that they are all in English though. If you're not in an English curriculum, you should get yourself used to the vocabularies. You'll have to understand it in university, anyway.

The Application 
 
Now, even if you have all the essentials covered, it'll be meaningless if you don't actually apply to a university. You HAVE to apply to every university you want to go to. Each university, in general, has a different application portal. You DON'T have to go to US just to apply to a US university. Every university should provide you with an application website that covers the whole application, A-Z.

According to this source-which-I-have-never-seen-before and my experience, most US universities set their deadline for January. Some of them, however, closes as early as late November. Make sure you know your deadlines. Note them down, don't miss them!

In the application, they will  ask you about yourself, your motivation, your experience, your visions, all sorts of things about you. If you have been browsing the internet about admission essays, you'll probably hear the following a lot: Don't plagiarize. Don't lie. Be yourself. Prepare early. Have someone advise you on your essays. It's not cheesy, it's the reality. Don't make yourself look stupid and follow these principles.

All relevant information should be available on the university website. If you're clueless, use Google. If you're not sure about something, ask questions. Once, I sent an email to at least 4 different admission offices asking about their admission procedures at the same time. They will help you.
I hope you'll receive one of these, too.

The period of not knowing the process to apply, not knowing what to do, and not knowing what you don't know is stressful. But, it will help you grow. Finding the right information is a necessary skill you will always value. Well, at least you find this post. I am open to helping you. Just reach out to akhyar.kamili97[at]gmail[dot]com and ask me questions. Take care!

!الله يباركلي فيك

Kuliah di Qatar? Nih! [Bagian Pertama]

Friday, 13 January 2017



Bismillahirrahmanirrahim.

Hello! It's been a while. his topic has been one of the most intensely asked, both by my fellow students and also worried parents.

Pertama-tama, I'll show you a glimpse of what is here! Qatar, negara teluk yang sempat menduduki posisi negara terkaya di dunia, ternyata memiliki perhatian yang kuat terhadap dunia pendidikan, loh. Disini, mereka membangun Education City, sebuah kompleks berfasilitas lengkap yang didedikasikan untuk pendidikan kelas dunia - mulai dari TK, SD, SMP-SMA, hingga perguruan tinggi. Di Education City, Qatar telah mendatangkan universitas-universitas ternama dari US, menghasut (baca: membiayai) mereka untuk membuka kampus disini. Berikut list-nya:

1. Carnegie Mellon University in Qatar
The CMUQ Building
CMU dikenal luas karena keunggulannya dalam bidang Computer Science (CS).  Secara keseluruhan menurut Times Higher Education, CMU saat ini menduduki ranking #22 di dunia. Dalam penilaian QS, CMU bertengger di antara 5 universitas terbaik dunia dalam CS, CMU CS dinilai lebih bagus daripada program CS di Harvard (US), Oxford (UK), Cambridge (UK), Prineton (UK), ETH Zurich (Swiss), NTU (SG), NUS (SG), dan universitas-universitas terkenal lainnya. To be fair, it is also one of the most expensive programs in the world. Meski mahal, lulusan fresh dari CMU rata-rata digaji $71k per tahun, dengan pendapatan rata-rata $126k per tahun.

Di Qatar, CMU menawarkan hanya lima program studi: Computer Science, Information Systems, Biological Science, Computational Biology, dan Business Administration. Seperti universitas asing lain di Qatar, CMU tidak membedakan tanda lulus berdasarkan kampus. Mahasiswa di US dituntut dengan standar yang sama dengan mahasiswa di Qatar.

Info lebih lanjut? Coba buka https://qatar.cmu.edu/

2. Texas A&M University in Qatar
https://pete.qatar.tamu.edu/aboutus/PublishingImages/TAMUQ.jpg This one excels in engineering. Di Qatar, mereka menawarkan Electrical Engineering, Chemical Engineering, Petroleum Engineering, dan tentunya teknik mesin - Mechanical Engineering. Dengan statusnya sebagai PTN, cost kuliah di TAMU(Q) relatif lebih murah dibanding swasta. TAMUQ juga menawarkan program S2 di ChemEng.
Klik https://qatar.tamu.edu/

3. Georgetown University in Qatar
GUQ bersinar dibidang sosial. Di Qatar, mereka memboyong satu fakultas - School of Foreign Services. Major yang ditawarkan antara lain International Economics, Culture & Politics, International History, dan sebagainya. Maap gue nggak hafal hehe. Detail penting: universitas ini banyak mahasiswinya.

Buka aja https://qatar.sfs.georgetown.edu/

 4. Weill Cornell Medical College in Qatar
Gedung WCMC-Q
 Sesuai namanya, Cornell disini fokus menawarkan kedokteran. Seperti CMU, Cornell juga universitas swasta -- artinya tuitionnya mahal. Hehe. Meski begitu, lulusan Cornell banyak diburu. Kebanyakan melanjutkan spesialisnya di Amerika.

Infonya, klik https://qatar-weill.cornell.edu/

5. Virginia Commonwealth University in Qatar
Yang satu ini fokusnya ke bidang seni. Mulai dari seni murni, interior design, fashion design, dan sejenisnya. Sejujurnya gue nggak tahu banyak. Mungkin mas dan mbaknya bisa googling sendiri :)

Atau cek http://www.qatar.vcu.edu/  

6. Hamad Bin Khalifa University
Inisiatif dari pemerintah Qatar untuk membuat universitas mereka sendiri di Education City. Murah, jauh lebih murah dari universitas yang lain. Jurusan yang ditawarkan bermacam-macam, mulai dari Software Engineering sampai Renewable Energy. Mereka belajarnya loncat-loncat dari universitas-universitas. Baru ada satu angkatan, jadi reputasinya belum kuat. Yang jelas kuat, support dari pemerintah. Insya Allah dimudahkan.

Buat yang postgrad, ada University College London dan Qatar Faculty of Islamic Studies. Gue nggak tahu banyak soal yang pertama selain bahwa ada yang belajar soal museum disana. Soal yang kedua, seperti yang ditunjukkan namanya, fokus di bidang studi Islam. Mulai dari Islamic Civilization, Islamic Finance, Contemporary Fiqh, hingga Qur'anic Studies. Beberapa program studinya butuh skill bahasa arab yang mumpuni. Now, there are even more treats. Kalau lo ngambil S2 disini, kemungkinan besar lo bakal dapet full coverage dari pemerintah Qatar. Mulai dari biaya apartemen yang - semoga Allah mudahkan - ampun, tuition fees, plus dikasih uang 2100 QAR per bulan untuk bertahan hidup. QFIS ini juga tempat Muhammad Assad, penulis serial Notes from Qatar menjalani masternya.
The majestic QFIS Building & Masjid.

Financial Aid Untuk S1
 
Tentunya, peluang beasiswa terbuka bukan hanya untuk mahasiswa/i tua di QFIS. Di level undergraduate juga ada peluang beasiswa yang cukup lebar dari Hamad Bin Khalifa University. Istilahnya, HBKU Financial Aid. Ini mungkin jadi alasan yang kuat kenapa kuliah disini strategis banget.

FA dari HBKU ditawarkan pada semua calon mahasiswa (sudah diterima di universitas) yang dinaungi oleh Qatar Foundation, badan yang menaungi seluruh Education City. FA mampu menyanggupi biaya kuliah hingga 100% untuk warga lokal, dan karena lo sepertinya bukan warga lokal, maka sama seperti gue, kita dapet maksimal 90%. Beasiswa yang ini bersyarat, disertai dengan opsi bayar balik dengan kontrak kerja selama maksimal enam tahun di Qatar. Biaya asrama, hidup sehari-hari, itu harus ditanggung sendiri selama kuliah. Meski begitu, dibanding dengan kuliah di universitas asal di US, ini opsi yang jauh lebih menarik. Bahkan, beberapa mahasiswa di US memilih transfer ke Qatar dan mengorbankan SKS demi mendapatkan Financial Aid ini.

EDIT: As of July 2017, the 90% limit for international students don't apply anymore! I cannot find it on their new website. Dan alhamdulillah, tahun ini aku dapat lebih dari 90%, yang jadi bukti tersendiri.

Selamat memutar otak! Salam dari aku yang juga sedang memutar otak. Alah, man shabara zhafira. Lagian kalau niatnya baik, Allah pasti ngasih jalan kok.

Sekian untuk bagian pertama. Bagian kedua insya Allah akan diisi soal syarat-syarat masuk dan tata cara daftar ke universitas diatas, khususnya almamater gue sendiri. Ada pertanyaan? Let me know in the comments below. Stay tuned!
 

Hits

Stack Overflow

Blogroll

Blog Nanda
Days of Nan - http://nan2598.blogspot.com/

Writings of Niti
Niti No Kakikomi - http://samazamanakakikomi.blogspot