Dibawah ini, adalah kumpulan dari berbagai macam ilmu yang dibagi teman-teman dan senior-senior rohis ketika diadakannya acara Sampurasun Jabar oleh @Fornusa_Jabar, mulai dari ketika Musyawarah Daerah hingga talkshow keesokan harinya. Simak!
Sering, sering banget, rohis disebut eksklusif oleh orang lain. Eksklusif, maksudnya, jelas beda, mana anak rohis, mana anak bukan rohis. Anak rohis gaul sama anak rohis, dan vice versa. Anak rohis mentoring, ta'lim, non-rohis ya nggak. Ada batas jelas diantara anak rohis, dan non-rohis. Anak rohis tuh anak alim.
Yeah. Nggak salah, anak rohis itu memang seharusnya anak alim. Yang salah itu, adalah ketika rohis menutup diri, dan hanya bergaul dengan sesama anak rohis. Kenapa?
Rohis, adalah front dakwah di sekolah, friends. Organisasi rohis, DKM, tidak lain hanyalah sebuah tool, sebuah alat untuk mencapai tujuan. Tujuannya apa? Menyebarkan kebaikan di sekolah, menyebarkan Islam disekolah. Mengenalkan Islam lebih dalam lagi, kepada pelajar disekolah. Seperti kata kang Hafidz Ary: Kalau bukan rohis yang mengajarkan kita soal Islam, mau siapa lagi?
Karena itu, anak rohis, janganlah, cuma gaul dengan sesama rohis. Jika kita tiap hari ketemu dengan orang yang sama, bagaimana mau menyebarkan kebaikan dengan lebih luas? Friends di FB dengan sesama anak rohis, setiap bikin status mutiara yang baca si ini lagi, si itu lagi. Yah.. Gimana dakwah mau berkembang? Sebaliknya, kita, anak rohis (Oke, gue homeschooling tapi ngakunya sih rohis), harus terbuka. Main tuh sama anak lain juga. Aktif di berbagai ekskul. Aktif di OSIS. Hilangkan, stereotip rohis itu eksklusif. Logika aneh, kalau ada anggapan bahwa yang masuk rohis cuma anak alim doang. Yang masuk ITB cuma mahasiswa ITB doang? Dohdohdoh.
Eksistensi rohis memang penting. Disana kita menemukan orang yang sejalan, selingkungan dengan mudah. Tapi, rohis, dan event-eventnya, jangan dijadikan satu-satunya jalan untuk berbagi kebaikan. Dakwah paling efektif, tetap dakwah fardiyah: Dakwah melalui pendekatan personal. Peer to peer. Dimulai dari membangun hubungan yang baik dengan target (Dih, kayak film action apa coba. Misi mata-mata). Dengan jadi teman. Kemudian mengajarkannya tentang Islam. Prosedur lengkapnya, bisa diliat di link ini: http://pkspesanggrahan.blogspot.com/2012/01/7-tahapan-dakwah-fardiyah.html
Lantas, gimana caranya kita dakwah yang efektif? meneruskan perkataan Kang Dito, alumni SMAN3 Bandung:
Kasarnya, dakwah itu marketing. Kita adalah sales, dan yang ditawarkan adalah Islam. Sebagai sales, apa yang paling penting? Tentu impresi tentang penjual. Ketika kita datang ke showroom mobil, misalnya. Maka akan ditanya, "Nama saya fulan pak, silakan, bapak butuh mobil seperti apa? Mau warna apa? Silakan ini pilihannya" melalui presentasi yang mulus, dia akan berhasil mebujuk sang calon pembeli untuk membeli mobil yang dijual. Ketika pembeli datang, dia tidak langsung menjajakan barangnya seperti pedagang asongan, "Silakanpakkamipunyamobilkijang, biru, mulus, mesinnya bagus dll." Nggak, Dia cek dulu kebutuhannya apa. Sama juga dengan dakwah. Ketika kita mau mendakwahi teman yang belum berjilbab, misalnya. Nggak bisa kita tiba-tiba bilang, "Eh pake jilbab yuk, biar kamu terhindar dari api neraka." Efektifkah? Nggak efektif! Si 'Pembeli' tidak tahu siapa kamu, dan apa urusan kamu sama dia? Ikut campur urusan orang? Beda, dengan kalau sahabatnya yang ngajak, baik-baik. Beda, beda.So.. Yeah. Ingatkan dirimu sahabat, rohis itu hanya alat. Yang dapat merubah paling besar itu kamu, perorangan. Anak rohis terlalu sedikit? Coba, bilanglah ada 20 anak rohis yang aktif disekolah. Sedikit kan? Nggak masalah. Kasih materi tentang dakwah dan sebagainya selama beberapa hari. Kemudian beri mereka waktu seminggu untuk mengajak satu, satu aja temen mereka untuk ikut rohis. Balik lagi minggu depannya, udah ada 40 anak rohis. Repeat. Ulang proses tadi. Satu bulan bisa dapet berapa orang? Silakan hitung sendiri. Gua juga bingung.
Seandainya rohis dihapuskan -semoga tidak- seperti yang sekarang sedang agak dikhawatirkan oleh kawan-kawan kita di DKI, nggak masalah. Kita masih punya banyak alat lain. Maka yang paling penting tetaplah, dakwah fardiyah. Dan kita nggak akan terhentikan.
Buat anak bandung, salam #BandungKotaRohis2015!!
Sekian, thanks for reading! Wallahu a'lam.
Related articles:
No comments:
Post a Comment
None